Ikuti 3 Cara Ini Agar Anda Sadar Pentingnya Menulis Buku
Menulis Buku Ajar? Sudah menjadi
kewajiban bagi dosen untuk menghasilkan karya ilmiahnya sendiri, baik dalam
bentuk jurnal, laporan penelitian, maupun menulis buku. Sayangnya, hal ini
masih menjadi wacana yang patut diperhatikan dunia akademik. Dunia dosen yang berada dalam kubangan ilmu sudah sepantasnya
menghasilkan banyak karya ilmiah, yang tidak hanya dipajang, tetapi
juga dipublikasikan dan dipakai berkelanjutan.
Upaya-upaya apa saja
yang bisa dilakukan para dosen untuk bisa menerbitkan buku mereka? Berikut
merupakan beberapa cara yang bisa dipilih para dosen untuk meningkatkan
kesadaran menulis buku.
1. Melibatkan Mahasiswa untuk Menulis Buku
Selain mengikuti
program hibah, tidak ada salahnya bagi dosen untuk melibatkan mahasiswa dalam
rangka menerbitkan karya ilmiahnya. Mungkin dalam banyak jurnal telah banyak
tulisan mahasiswa yang dipublikasikan, tetapi tidak dalam buku. Masih banyak
mahasiswa yang bisa didampingi dan diasah potensinya untuk terlibat dalam
menulis buku bersama dosen.
Dengan menerapkan
alternatif ini, dosen akan terbantu untuk mempublikasikan karya ilmiahnya. Di
samping itu, dosen juga bisa membantu mahasiswa untuk menghasilkan tulisannya.
Adalah suatu kebanggaan sendiri bagi mahasiswa apabila karya ilmiah mereka bisa
dibaca oleh khalayak umum. Selain itu, dosen juga akan merasa lebih ringan dari
tuntutan menulis buku.
Alternatif penulisan
buku seperti ini telah diterapkan oleh Dr. Budiawan, salah seorang dosen dari
program studi Pengkajian Budaya dan Media, Universitas Gadjah Mada. Tidak hanya
menjadi dosen di program studi tersebut, Budiawan juga mengajar di Jurusan
Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UGM, baik di program pascasarjana maupun sarjana.
Di program pascasarjana, beliau mengajar mata kuliah Sejarah dan Politik Memori.
Berkat gagasannya, beliau berhasil menulis sebuah buku yang berjudul Sejarah
dan Memori.
Buku tersebut
merupakan hasil pemikiran Budiawan sebagai dosen dan beberapa mahasiswanya
terpilih. Para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini ditugaskan untuk menulis
dan menyerahkan paper yang sesuai dengan mata kuliah tersebut. Alhasil, 8 paper
telah terkumpul dan diperiksa untuk dibukukan bersama dengan tulisan Budiawan.
Buku yang telah diterbitkan tersebut kemudian bisa dijadikan sebagai referensi
untuk materi perkuliahan dalam mata kuliah yang sama.
Kekompakan dosen dan
mahasiswa dalam menulis buku juga ditunjukkanoleh Dr. Sunandar Ibnu Mur dan Dr.
Hasan Basri Tanjung. Dosen dan mahasiswa itu berkolaborasi menerbitkan buku dan
membedahnya pada acara Islamic Book Fair 2016 di Isotra
Senayan, Jakarta. Keduanya memang memiliki latar belajang sebagai penulis.
Penulisan buku tersebut lebih difokuskan pada pemahaman agama di kalangan
masyarakat.
2. Membenahi Diri
Seperti yang telah
dituliskan dalam artikel-artikel sebelumnya, motivasi menjadi hal terpenting
dalam memunculkan kesadaran menulis. Mungkin menulis demi angka kredit kenaikan
pangkat, promosi, kenaikan jabatan, meraih gelar, atau uang menjadi hal paling
manusiawi untuk dijadikan motivasi. Tidak hanya itu itu, dorongan untuk
mendapatkan pengakuan, rasa hormat, dan kemampuan memengaruhi orang lain juga
seringkali memunculkan keinginan tersendiri. Namun dalam menerbitkan buku akan
lebih baik jika dosen lebih berpikir untuk meningkatkan kemampuan pedagogiknya,
dengan menunjukkan kontribusi dan mengamalkan ilmunya.
Motivasi selanjutnya
bisa diimbangi dnegan efikasi diri. Para dosen bisa meyakinkan diri bahwa
mereka mampu menulis sebuh buku. Mereka bisa belajar dari pengalaman orang lain
untuk membawa dirinya berhasil dalam melakukan upaya ini. Lingkungan kerja yang
kondusif dan sarat budaya menulis juga bisa memacu mereka dalam menulis dan
menerbitkan buku.
Berikutnya, untuk
menyempurnakan pembenahan diri, para dosen bisa lebih jeli mengatur beban
kerjanya dan meningkatkan kemampuan menulisnya. Mereka bisa membuat
kesepakatan dengan pihak akademik untuk meminimalisasi target pengajaran.
Sementara itu, meningkatkan kemampuan menulis bisa dilakukan dengan mencari
lebih banyak literatur. Tidak ada alasan bagi dosen untuk tidak membaca.
Selanjutnya, keterampilan menulis juga harus dilengkapi dengan kemampuan
mengolah ide, menyunting tulisan, dan penguasaan teknis dalam menulis.
3. Mendaftarkan Diri dalam Program Hibah Kemenristek Dikti
Kemenristek Dikti
bersama dengan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Direktorat Pengelolaan
Kekayaan Intelektual telah mengumumkan program hibah penulisan buku ajar 2016.
Program ini merupakan tindak lanjut dari himbauan Menristekdikti dalam memacu
para dosen untuk menulis, terutama menulis buku ajar. Program yang diharapkan
dapat berlangsung dalam janga waktu yang panjang tersebut bertujuan memperkaya
wawasan ilmiah dalam kegiatan mengajar maupun penelitian yang dilakukan para
dosen dan peneliti.
Karya ilmiah dosen
yang bisa diikutsertakan dalam program ini adalah karya ilmiah yang belum terbit
berupa monograf, buku ajar, compendium, pengayaan pembelajaran, atau modul
pengajaran. Tidak hanya itu, hasil riset orang lain yang belum pernah
diterbitkan juga bisa didaftarkan dalam program ini. Naskah berupa revisi dari
buku yang telah terbit tidak akan diterima, begitu pula dengan naskah hasil
terjemahan atau saduran.
Para dosen atau
peneliti yang belum memiliki naskah atau buku ajar bisa segera mendaftarkan
diri untuk mengikuti program ini. Mereka yang lolos akan mendapatkan sejumlah
dana. Selain itu, mereka juga akan didampingi oleh Kemenristek Dikti dalam hal
penyempurnaan naskahnya.
Ketiga cara di atas
bisa Anda sebagai dosen tiru agar lebih siap untuk menulis buku. Semoga
bermanfaat.
Referensi:
https://www.duniadosen.com/program-hibah-penulisan-buku-ajar-2016/https://www.duniadosen.com/pahami-empat-faktor-ini-agar-produktif-menulis-buku/
(wfw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar